Senin, 22 Desember 2025

Tugas Mandiri 12

 

LAPORAN OBSERVASI KONSUMSI TIDAK BERKELANJUTAN

Lokasi Pengamatan

Kantin Kampus

Waktu Pengamatan

Pukul 11.30–12.30 WIB 

Durasi

± 60 menit


Menurut Sudut Pandang saya

Tabel Hasil Pengamatan Konsumsi Tidak Berkelanjutan

NoPerilaku Konsumsi Tidak Berkelanjutan (Deskripsi Singkat)Frekuensi/Tingkat KejadianDampak Negatif Utama
1Membeli air mineral kemasan botol sekali pakai lalu langsung dibuang setelah sekali minumSangat seringPenumpukan sampah plastik
2Makanan dibungkus dengan styrofoam dan plastik meskipun dimakan di tempatSeringSampah sulit terurai dan pencemaran lingkungan
3Mengambil nasi dan lauk berlebihan, tetapi tidak dihabiskanSeringPemborosan makanan
4Penggunaan sedotan plastik untuk minuman yang tidak memerlukannyaSangat seringLimbah plastik sekali pakai
5Tidak memilah sampah dan membuang semua jenis sampah ke satu tempatSeringMenyulitkan proses daur ulang

Analisis Penyebab Perilaku Konsumsi Tidak Berkelanjutan

Berdasarkan hasil pengamatan, terdapat tiga perilaku yang paling sering terjadi, yaitu penggunaan botol plastik sekali pakai, pemborosan makanan, dan penggunaan kemasan sekali pakai.

Pertama, penggunaan botol plastik sekali pakai terjadi karena faktor kepraktisan dan kebiasaan. Banyak mahasiswa memilih membeli air minum kemasan karena mudah didapat dan harganya terjangkau. Selain itu, kurangnya fasilitas air minum isi ulang membuat mahasiswa tidak memiliki alternatif lain yang lebih ramah lingkungan.

Kedua, pemborosan makanan terjadi karena kurangnya kesadaran konsumen dalam mengambil porsi makanan. Mahasiswa cenderung mengambil makanan berlebihan tanpa mempertimbangkan kemampuan untuk menghabiskannya. Tidak adanya edukasi terkait dampak pemborosan makanan juga memperparah perilaku ini.

Ketiga, penggunaan kemasan sekali pakai seperti styrofoam dan plastik disebabkan oleh kebijakan penjual yang mengutamakan kecepatan pelayanan. Penjual memilih kemasan praktis tanpa mempertimbangkan dampak lingkungan, sementara konsumen jarang membawa wadah makan sendiri.


Saran dan Rekomendasi Solusi

  1. Penyediaan fasilitas ramah lingkungan
    Pengelola kantin dapat menyediakan dispenser air minum isi ulang serta tempat sampah terpilah (organik, plastik, dan kertas) untuk mengurangi sampah plastik.

  2. Edukasi dan kampanye kesadaran lingkungan
    Pemasangan poster atau banner edukatif mengenai dampak sampah plastik dan pemborosan makanan dapat meningkatkan kesadaran mahasiswa.

  3. Mendorong kebiasaan konsumsi berkelanjutan
    Mahasiswa dianjurkan membawa botol minum dan wadah makan sendiri, serta mengambil makanan secukupnya sesuai kebutuhan.

Tugas Mandiri 11

 

ANALISIS POTENSI REVERSE LOGISTICS

LIMBAH ELEKTRONIK (E-WASTE)

Studi Kasus: Baterai Smartphone Bekas (Lithium-Ion)


1. Pendahuluan (Pemilihan Produk dan Alasan)

Limbah elektronik (E-Waste) merupakan salah satu jenis limbah dengan pertumbuhan tercepat di Indonesia seiring meningkatnya penggunaan perangkat elektronik, khususnya smartphone. Salah satu komponen paling kritis dari smartphone adalah baterai lithium-ion (Li-ion), yang memiliki umur pakai terbatas dan mengandung material berbahaya seperti lithium, kobalt, dan nikel.

Baterai smartphone bekas dipilih sebagai objek kajian karena:

  1. Jumlahnya sangat besar dan terus meningkat setiap tahun

  2. Mengandung material bernilai ekonomi tinggi

  3. Berpotensi mencemari lingkungan jika dibuang sembarangan

  4. Sistem alur balik (reverse logistics) di Indonesia masih belum optimal

Oleh karena itu, analisis ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan utama:
“Apakah baterai smartphone bekas sudah memiliki sistem alur balik yang efektif di Indonesia, dan bagaimana potensi pengembangannya?”


2. Kondisi Saat Ini

A. Alur Maju (Forward Flow)

Alur distribusi baterai smartphone secara umum mengikuti alur produk smartphonenya, yaitu:

Produsen Smartphone ↓ Distributor Nasional ↓ Ritel / Toko Resmi / Online ↓ Konsumen

Baterai merupakan komponen internal yang tidak terpisah dari smartphone dan digunakan hingga performanya menurun atau perangkat diganti.


B. Pengelolaan Limbah Saat Ini (Current State)

Berikut adalah hasil observasi dan riset daring terkait pengelolaan baterai smartphone bekas di Indonesia.

Tabel Kondisi Pengelolaan Limbah Baterai Smartphone

IndikatorCatatan Hasil Observasi / Riset
Pihak yang MengumpulkanPengepul barang elektronik bekas, pemulung, dan sebagian kecil program take-back produsen
Alat / Infrastruktur PengumpulanBelum merata; drop box e-waste hanya tersedia di kota besar atau event tertentu
Destinasi AkhirDijual ke pengepul, disimpan di rumah, atau dibuang bersama sampah rumah tangga
Keberlanjutan SistemBelum efektif; tidak rutin, akses terbatas, dan minim insentif bagi konsumen

Kesimpulan kondisi saat ini:
Sistem pengumpulan baterai smartphone bekas di Indonesia belum terstruktur dan belum efektif, sehingga berisiko tinggi terhadap pencemaran lingkungan.


3. Analisis Potensi Alur Balik (Reverse Logistics Potential)

A. Identifikasi Nilai (Value Recovery)

Nilai utama yang dapat ditangkap kembali dari baterai smartphone bekas adalah:

Recycling / Daur Ulang (paling relevan)

Alasan:

  • Baterai Li-ion sulit untuk diperbaiki atau digunakan kembali

  • Mengandung logam bernilai tinggi seperti lithium, kobalt, dan nikel

  • Material dapat diekstraksi sebagai bahan baku industri baterai baru


B. Usulan Alur Balik Ideal (Reverse Flow Ideal)

Diagram Alir Alur Balik Ideal (Deskripsi Naratif)

KonsumenDrop Box E-Waste / Toko ResmiPusat Pengumpulan & Penyortiran RegionalPabrik Daur Ulang BateraiMaterial Sekunder (Li, Co, Ni)Industri Baterai Baru

Penjelasan Alur Balik Ideal

  • Titik Inisiasi Pengembalian:
    Konsumen, melalui drop box di toko resmi, mall, kampus, atau kantor pemerintahan.

  • Aliran Logistik Balik:
    Transportasi darat (truk logistik) menuju pusat pengumpulan regional untuk efisiensi biaya.

  • Destinasi Akhir:
    Pabrik daur ulang baterai bersertifikat yang mampu mengekstraksi material berbahaya secara aman.


C. Tantangan dan Rekomendasi

Tantangan 1: Rendahnya Kesadaran Konsumen

Banyak konsumen tidak mengetahui bahaya baterai bekas dan memilih menyimpannya atau membuangnya ke sampah rumah tangga.

Tantangan 2: Infrastruktur Pengumpulan Terbatas

Drop box e-waste belum tersedia secara merata, terutama di daerah non-perkotaan.


Rekomendasi

Rekomendasi Utama:
👉 Penerapan Extended Producer Responsibility (EPR)

Produsen smartphone diwajibkan menyediakan:

  • Program take-back baterai bekas

  • Insentif (diskon servis, voucher, atau potongan harga)

  • Drop box permanen di toko resmi dan mitra ritel

Rekomendasi ini dapat meningkatkan partisipasi konsumen dan memastikan baterai bekas masuk ke jalur daur ulang yang aman.


4. Kesimpulan

Baterai smartphone bekas sebagai limbah elektronik memiliki potensi besar untuk penerapan reverse logistics di Indonesia, terutama melalui skema daur ulang material. Namun, sistem yang ada saat ini masih belum efektif karena keterbatasan infrastruktur, rendahnya kesadaran konsumen, dan minimnya regulasi yang mengikat.

Dengan penerapan alur balik ideal berbasis EPR dan peningkatan fasilitas pengumpulan, sistem reverse logistics baterai smartphone bekas dapat dikembangkan secara lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Lampiran





Tugas Tersturktur 14

 

PERANCANGAN KAWASAN INDUSTRI EKOLOGIS (ECO-INDUSTRIAL PARK)

Studi Kasus: Eco-Industrial Park “Hijau Lestari”


Bagian I. Deskripsi Aktor Industri

Kawasan Industri Ekologis “Hijau Lestari” dirancang sebagai kawasan terpadu yang menerapkan prinsip simbiosis industri, yaitu pemanfaatan limbah, energi sisa, dan air antarindustri untuk meningkatkan efisiensi sumber daya dan mengurangi dampak lingkungan.

Aktor Industri dalam Kawasan

1. Pembangkit Listrik Biomassa

  • Input Utama: Biomassa (sekam padi, bagasse, limbah organik)

  • Output Produk: Listrik, uap panas (steam)

  • Limbah: Panas buang (waste heat), abu biomassa

2. Pabrik Kertas

  • Input Utama: Bubur kertas, air, energi panas

  • Output Produk: Kertas

  • Limbah: Air limbah proses, lumpur kertas (sludge)

3. Pabrik Pupuk Organik

  • Input Utama: Limbah organik, lumpur kertas, abu biomassa

  • Output Produk: Pupuk organik

  • Limbah: Air limbah non-berbahaya

4. Industri Pengolahan Makanan

  • Input Utama: Bahan baku pangan, air, energi

  • Output Produk: Produk makanan olahan

  • Limbah: Limbah organik, air limbah

5. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL Terpadu)

  • Input Utama: Air limbah industri

  • Output Produk: Air olahan

  • Limbah: Lumpur IPAL


Bagian II. Eco-Industrial Network Map (Deskripsi Visual)

Deskripsi Peta Jaringan (untuk digambar di Canva/Lucidchart)

Gunakan kode warna:

  • 🔴 Merah → Aliran Energi

  • 🔵 Biru → Aliran Air

  • 🟢 Hijau → Aliran Material

Aliran dalam Jaringan:

  1. 🔴 Energi

    • Pembangkit Listrik Biomassa → Pabrik Kertas
      (Uap panas/steam untuk proses pengeringan)

  2. 🟢 Material

    • Industri Pengolahan Makanan → Pabrik Pupuk Organik
      (Limbah organik sebagai bahan baku pupuk)

    • Pembangkit Listrik Biomassa → Pabrik Pupuk Organik
      (Abu biomassa)

  3. 🔵 Air

    • Pabrik Kertas & Industri Makanan → IPAL Terpadu

    • IPAL Terpadu → Pembangkit Listrik & Pabrik Kertas
      (Air olahan untuk pendinginan dan proses non-kritis)

Bagian III. Tabel Sinergi Antarindustri

Tabel Sinergi Eco-Industrial Park

Dari (Pemasok Limbah)Menuju (Penerima)Jenis Sumber DayaManfaat bagi Penerima
Pembangkit Listrik BiomassaPabrik KertasUap panas (steam)Mengurangi konsumsi energi boiler
Industri Pengolahan MakananPabrik Pupuk OrganikLimbah organikBahan baku pupuk
Pembangkit Listrik BiomassaPabrik Pupuk OrganikAbu biomassaSumber mineral pupuk
Pabrik KertasIPAL TerpaduAir limbahDiolah agar aman digunakan kembali
IPAL TerpaduPabrik KertasAir olahanMengurangi konsumsi air bersih
IPAL TerpaduPembangkit ListrikAir olahanPendinginan mesin


Bagian IV. Analisis Dampak Lingkungan

A. Pengurangan Beban Lingkungan (Kualitatif)

Penerapan Eco-Industrial Park “Hijau Lestari” memberikan dampak positif sebagai berikut:

  1. Mengurangi hingga ±30% pembuangan limbah ke TPA, karena limbah organik dan abu biomassa dimanfaatkan kembali.

  2. Menghemat konsumsi energi fosil, melalui pemanfaatan uap panas dari pembangkit biomassa.

  3. Mengurangi penggunaan air bersih hingga ±25%, melalui daur ulang air limbah yang telah diolah IPAL.

  4. Menurunkan emisi gas rumah kaca, karena berkurangnya pembakaran bahan bakar konvensional dan limbah terbuka.


B. Tantangan Teknis

Salah satu tantangan teknis dalam jaringan ini adalah:

Penurunan suhu dan tekanan uap panas (steam) akibat jarak antarindustri yang terlalu jauh, sehingga diperlukan sistem isolasi pipa yang baik dan perencanaan tata letak kawasan yang efisien.

Tugas Terstruktur 13

 

LAPORAN AUDIT ENERGI SEDERHANA

Industri Tahu–Tempe Skala UMKM

Profil Unit Usaha & Diagram Alir Proses

Kelompok :
Wisnu Prastyo aji
Shelly Anastasya Mutiara
Qhobid Casio

A. Profil Unit Usaha

  • Nama Unit Usaha: Industri Tahu–Tempe “Makmur”

  • Jenis Usaha: Produksi tahu dan tempe

  • Skala Usaha: UMKM

  • Produk Utama:

    • Tahu putih

    • Tempe kedelai

  • Kapasitas Produksi: ± 1.000 potong tahu per hari


B. Diagram Alir Proses Produksi

Kedelai (Bahan Baku) ↓ Perendaman Kedelai ↓ Penggilingan (Mesin Listrik) ↓ Perebusan Bubur Kedelai (Kompor LPG) ↓ Penyaringan ↓ Pencetakan Tahu ↓ Pemotongan & Pendinginan ↓ Produk Tahu Siap Dijual

Titik Masuk Energi:

  • Mesin penggiling → listrik

  • Kompor perebusan → LPG

  • Lampu & peralatan pendukung → listrik


3. Identifikasi Sumber dan Intensitas Energi

A. Sumber Energi yang Digunakan

NoSumber EnergiJenis Energi
1Listrik PLN Direct Energy
2LPG 3 kgDirect Energy
3Energi manusia (tenaga kerja) Indirect Energy

B. Estimasi Penggunaan Energi per Bulan

Sumber EnergiJumlah Penggunaan
Listrik500 kWh/bulan
LPG 3 kg10 tabung/bulan (total 30 kg LPG)

4. Perhitungan Dasar (Analisis Kuantitatif)

A. Konversi ke Satuan Mega Joule (MJ)

1. Listrik
1 kWh = 3,6 MJ

500 kWh×3,6=1.800 MJ

2. LPG
1 kg LPG ≈ 46 MJ

30 kg LPG×46=1.380 MJ

Total Konsumsi Energi per Bulan:

1.800+1.380=3.180 MJ/bulan

B. Intensitas Energi

Produksi tahu per bulan:
1.000 potong/hari × 30 hari = 30.000 potong/bulan

Intensitas Energi=3.180 MJ30.000 potong=0,106 MJ/potong tahu\text{Intensitas Energi} = \frac{3.180 \text{ MJ}}{30.000 \text{ potong}} = 0,106 \text{ MJ/potong tahu}

C. Estimasi Jejak Karbon (Emisi CO₂)

1. Emisi dari Listrik
Faktor emisi PLN = 0,85 kg CO₂/kWh

500×0,85=425 kg CO₂

2. Emisi dari LPG
Faktor emisi LPG = 2,9 kg CO₂/kg

30×2,9=87 kg CO₂

Total Emisi CO₂ per Bulan:

425+87=512 kg CO₂/bulan

5. Analisis Efisiensi dan Rekomendasi

A. Identifikasi Kehilangan Energi (Energy Loss)

  1. Panas dari proses perebusan banyak terbuang ke udara karena tungku tidak tertutup.

  2. Mesin penggiling tetap menyala meskipun tidak digunakan (idling).

  3. Lampu dan peralatan listrik menyala sepanjang hari tanpa pengaturan waktu.


B. Rekomendasi Efisiensi Energi

  1. Menutup atau mengisolasi tungku perebusan
    → Mengurangi panas terbuang dan menurunkan konsumsi LPG.

  2. Mengatur waktu operasi mesin penggiling
    → Mesin hanya dinyalakan saat diperlukan untuk menghindari pemborosan listrik.

  3. Mengganti lampu konvensional dengan lampu LED
    → Konsumsi listrik lebih rendah dan umur pakai lebih lama.

Tugas Terstruktur 12

 


Minggu, 21 Desember 2025

Tugas Terstruktur 11

ANALISIS GREEN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (GSCM)

Studi Kasus: Aki Mobil (Aki Timbal-Asam 12V)

1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Peningkatan jumlah kendaraan bermotor di Indonesia berdampak langsung pada meningkatnya kebutuhan komponen kendaraan, salah satunya aki mobil. Aki mobil merupakan komponen vital yang berfungsi sebagai sumber energi listrik untuk menghidupkan mesin dan sistem kelistrikan kendaraan. Namun, aki mobil juga memiliki potensi dampak lingkungan yang besar karena mengandung bahan berbahaya seperti timbal (Pb) dan asam sulfat.

Rantai pasok aki mobil, mulai dari pengadaan bahan baku hingga akhir masa pakai, berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan apabila tidak dikelola dengan baik. Oleh karena itu, penerapan konsep Green Supply Chain Management (GSCM) menjadi penting untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan tanpa mengurangi fungsi dan kualitas produk.

1.2 Pemilihan Produk

Produk yang dipilih dalam analisis ini adalah aki mobil timbal-asam 12 volt, karena:

  1. Digunakan secara luas pada kendaraan konvensional

  2. Memiliki rantai pasok yang kompleks

  3. Mengandung material berbahaya sehingga relevan untuk analisis GSCM


2. Pemetaan Rantai Pasok Konvensional

2.1 Pemetaan Rantai Pasok

Rantai pasok konvensional aki mobil terdiri dari lima tahapan utama sebagai berikut:

  1. Pengadaan Bahan Baku (Sourcing)
    Bahan baku utama aki mobil meliputi timbal primer hasil pertambangan, plastik polypropylene (PP) untuk casing, serta asam sulfat sebagai elektrolit.

  2. Produksi / Manufaktur
    Proses produksi meliputi peleburan timbal, pembuatan pelat aki, pembuatan casing plastik, pengisian elektrolit, dan perakitan akhir. Tahap ini membutuhkan energi listrik dan air dalam jumlah besar.

  3. Logistik Masuk & Keluar (Inbound/Outbound Logistics)
    Bahan baku dan produk jadi diangkut menggunakan truk berbahan bakar diesel dari pemasok ke pabrik, lalu ke distributor.

  4. Distribusi dan Ritel
    Aki didistribusikan melalui gudang distributor, toko sparepart kendaraan, dan bengkel sebelum sampai ke konsumen akhir.

  5. Akhir Masa Pakai (End-of-Life)
    Aki bekas umumnya dikumpulkan oleh pengepul, namun sebagian masih dibuang tanpa pengelolaan yang sesuai standar lingkungan.

2.2 Diagram Alir Rantai Pasok Konvensional

Pengadaan Bahan Baku
(Timbal, plastik PP, asam sulfat)
Produksi & Manufaktur
(Peleburan timbal, perakitan aki)
Logistik Inbound & Outbound
(Transportasi truk diesel)
Distribusi & Ritel
(Gudang, toko sparepart, bengkel)
Akhir Masa Pakai
(Pengepul / pembuangan)

3. Analisis Dampak Lingkungan

Berdasarkan pemetaan rantai pasok di atas, terdapat dua titik kritis utama yang memberikan dampak lingkungan terbesar.

Titik Kritis 1: Pengadaan Bahan Baku

Penggunaan timbal virgin dari aktivitas pertambangan menimbulkan berbagai masalah lingkungan seperti kerusakan lahan, pencemaran air, serta emisi gas rumah kaca. Selain itu, timbal merupakan logam berat berbahaya yang dapat mengancam kesehatan manusia dan ekosistem.

Titik Kritis 2: Akhir Masa Pakai (End-of-Life)

Pengelolaan aki bekas yang tidak sesuai standar berpotensi menyebabkan kebocoran timbal dan asam sulfat ke tanah dan air. Hal ini dapat mencemari lingkungan dan menimbulkan risiko kesehatan bagi masyarakat sekitar.


4. Usulan Strategi Green Supply Chain Management (GSCM)

Strategi 1: Pengadaan Hijau (Green Sourcing)

Perusahaan disarankan mengganti sebagian besar timbal virgin dengan timbal daur ulang. Implementasi dilakukan melalui kerja sama dengan perusahaan daur ulang aki yang memiliki izin resmi. Strategi ini dapat mengurangi ketergantungan pada pertambangan dan menurunkan dampak kerusakan lingkungan.

Strategi 2: Produksi Hijau (Green Manufacturing)

Penerapan efisiensi energi pada proses peleburan timbal, seperti penggunaan tungku hemat energi dan sistem kontrol emisi. Strategi ini bertujuan menurunkan konsumsi energi dan emisi gas rumah kaca selama proses produksi.

Strategi 3: Reverse Logistics

Penerapan sistem pengembalian aki bekas (take-back system) dengan memberikan insentif kepada konsumen. Aki bekas yang terkumpul kemudian didaur ulang secara aman dan terkontrol sehingga mencegah pencemaran lingkungan.


5. Kesimpulan dan Rekomendasi

Analisis ini menunjukkan bahwa rantai pasok konvensional aki mobil memiliki dampak lingkungan yang signifikan, terutama pada tahap pengadaan bahan baku dan akhir masa pakai produk. Penerapan Green Supply Chain Management melalui green sourcing, green manufacturing, dan reverse logistics dapat secara efektif mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.

Rekomendasi:
Perusahaan aki di Indonesia sebaiknya meningkatkan penggunaan material daur ulang, memperbaiki efisiensi produksi, dan memperkuat sistem pengelolaan aki bekas secara berkelanjutan.


6. Daftar Pustaka

  1. Srivastava, S. K. (2007). Green supply-chain management: A state-of-the-art literature review. International Journal of Management Reviews.

  2. Sarkis, J., Zhu, Q., & Lai, K. H. (2011). An organizational theoretic review of green supply chain management literature. International Journal of Production Economics.

  3. Zhu, Q., & Geng, Y. (2013). Drivers and barriers of green supply chain management. Journal of Cleaner Production.


Tugas Terstruktur 10

 

Analisis Implementasi Produksi Berkelanjutan pada PT Semen Indonesia (Persero) Tbk

A. Profil Perusahaan dan Latar Belakang

PT Semen Indonesia (Persero) Tbk merupakan perusahaan manufaktur nasional yang bergerak di sektor industri semen dan bahan bangunan. Perusahaan ini adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang membawahi beberapa anak perusahaan, seperti Semen Gresik, Semen Padang, dan Semen Tonasa. Produk utama perusahaan adalah semen Portland dan produk turunan untuk kebutuhan konstruksi nasional.

Motivasi utama PT Semen Indonesia dalam mengadopsi Produksi Berkelanjutan berasal dari tingginya dampak lingkungan industri semen, terutama konsumsi energi dan emisi karbon. Selain itu, perusahaan menghadapi tuntutan regulasi pemerintah, tekanan masyarakat sekitar pabrik, serta komitmen terhadap pembangunan berkelanjutan. Implementasi keberlanjutan juga diarahkan untuk meningkatkan efisiensi operasional dan menjaga daya saing jangka panjang.


B. Strategi Keberlanjutan yang Digunakan

Salah satu strategi inti yang diterapkan adalah efisiensi energi dan pengurangan emisi karbon melalui pemanfaatan teknologi ramah lingkungan. PT Semen Indonesia menggunakan bahan bakar alternatif (Alternative Fuel and Raw Material/AFR) seperti limbah biomassa dan limbah industri untuk menggantikan batu bara dalam proses pembakaran kiln. Strategi ini mencerminkan penerapan konsep Sustainable Consumption and Production (SCP) dengan memanfaatkan limbah sebagai sumber daya.

Strategi kedua adalah penerapan Life Cycle Thinking dalam proses produksi semen. Perusahaan melakukan optimalisasi penggunaan bahan baku, efisiensi proses produksi, serta pengelolaan limbah padat seperti fly ash dan slag yang dimanfaatkan kembali sebagai bahan baku semen. Pendekatan ini sejalan dengan prinsip ekonomi sirkular, yaitu mengurangi eksploitasi sumber daya alam dan meminimalkan limbah.


C. Indikator Keberlanjutan (Triple Bottom Line)

1. Indikator Lingkungan (Planet)

PT Semen Indonesia melaporkan penurunan intensitas emisi CO₂ per ton semen melalui penggunaan AFR dan efisiensi energi. Selain itu, perusahaan juga berhasil menurunkan konsumsi energi spesifik dan meningkatkan pemanfaatan air daur ulang dalam proses produksi. Beberapa pabrik telah mencapai status zero waste to landfill, yang menunjukkan keberhasilan pengelolaan limbah produksi.

2. Indikator Ekonomi (Profit)

Penerapan produksi berkelanjutan memberikan dampak positif secara ekonomi melalui penghematan biaya energi dan bahan bakar. Pemanfaatan limbah sebagai bahan bakar alternatif mengurangi ketergantungan pada batu bara yang berbiaya tinggi. Efisiensi proses produksi juga meningkatkan produktivitas dan menjaga stabilitas kinerja keuangan perusahaan di tengah persaingan industri semen.

3. Indikator Sosial (People)

Pada aspek sosial, PT Semen Indonesia menerapkan standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan pengendalian risiko kerja di area produksi. Perusahaan juga menjalankan program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL), seperti pemberdayaan UMKM, pengembangan masyarakat sekitar tambang, serta pelatihan dan peningkatan kompetensi karyawan.


D. Dampak dan Evaluasi Hasil

Dampak positif utama dari implementasi Produksi Berkelanjutan adalah penurunan dampak lingkungan industri semen, khususnya emisi karbon dan limbah produksi. Selain itu, hubungan perusahaan dengan masyarakat sekitar menjadi lebih baik melalui program sosial dan keterlibatan komunitas.

Namun, tantangan terbesar yang dihadapi adalah tingginya kebutuhan investasi awal untuk teknologi ramah lingkungan serta keterbatasan pasokan bahan bakar alternatif yang konsisten. Selain itu, industri semen tetap menghadapi tekanan untuk terus menurunkan emisi di tengah permintaan pembangunan nasional yang tinggi.

Berdasarkan analisis, strategi keberlanjutan PT Semen Indonesia dapat dinilai efektif dan realistis dalam mendukung prinsip pembangunan berkelanjutan. Meskipun belum sepenuhnya bebas dampak lingkungan, perusahaan telah menunjukkan komitmen nyata dalam menyeimbangkan aspek lingkungan, ekonomi, dan sosial secara berkelanjutan.

Tugas Mandiri 12

  LAPORAN OBSERVASI KONSUMSI TIDAK BERKELANJUTAN Lokasi Pengamatan Kantin Kampus Waktu Pengamatan Pukul 11.30–12.30 WIB  Durasi ± 60 m...