Diagram Siklus Hidup Produk: Fitbar (Varian: Chocolate)
Asumsi Awal & Batas Sistem
Varian: Fitbar Chocolate (bar granola dengan cokelat lapis tipis).
Masa pakai: produk dikonsumsi dalam 1 bulan setelah pembelian.
Bahan utama: sereal/gandum, gula, sirup, minyak nabati, kepingan cokelat, pengemulsi, antioksidan.
Kemasan: wrapper multi-lapis plastik/foil sekali pakai (umum pada snack bar).
Batas sistem: mencakup (a) ekstraksi bahan baku (pertanian & pengolahan bahan), (b) transportasi bahan baku ke pabrik, (c) produksi (pabrik pengolahan dan kemasan), (d) distribusi ke retailer (transportasi dan penyimpanan), (e) konsumsi (penggunaan konsumen, penyimpanan rumah), dan (f) pengelolaan limbah (residu produksi + kemasan pasca-konsumsi). Energi listrik pabrik, bahan bakar transportasi, dan potensi daur ulang kemasan termasuk dalam batas.
Skenario disposal: kemasan dibuang ke sampah umum (80%), sebagian kecil (20%) dibakar/didaur ulang secara informal.
Diagram Alur Siklus Hidup
Ekstraksi & Pertanian Bahan Baku • Produksi gandum/beras/pabrik pengolahan gula, cokelat (biji kakao diimpor atau lokal) • Pengolahan bahan (malt, sirup, lemak nabati) ↓ Transportasi Bahan Baku → Pabrik Produksi • Truk/kapal antarwilayah, penyimpanan (cold chain untuk kepingan cokelat jika perlu) ↓ Produksi & Pengemasan • Pencampuran, pembentukan bar, pelapisan cokelat, pendinginan, inspeksi kualitas • Pengemasan primer (wrapper), pelabelan, palletizing ↓ Distribusi & Ritel • Transport antar-gudang, distribusi ke supermarket, minimarket, toko • Penyimpanan di rak; kerusakan produk → waste handling ↓ Konsumsi • Pembelian, transportasi konsumen pulang, penyimpanan rumah, konsumsi ↓ Pengelolaan Limbah • Sisa makanan (kadaluwarsa), kemasan dibuang ke sampah rumah tangga • Saluran: TPA (landfill), pembakaran terbuka, daur ulang informal
Narasi Analisis
Saya memilih Fitbar varian chocolate karena snack bar menjadi produk konsumsi massa yang relevan terhadap isu keberlanjutan: volume produksi tinggi, rantai pasok internasional, dan kemasan sekali pakai yang menyumbang limbah plastik. Produk ini ideal untuk menganalisis konflik antara kebutuhan gizi/kenyamanan konsumen dan beban lingkungan dari bahan impor, energi produksi, serta kemasan multilayer.
Batas sistem analisis ini mencakup tahap dari ekstraksi bahan baku hingga pengelolaan akhir limbah, termasuk transportasi dan energi proses. Pilihan batas ini penting untuk menangkap jejak karbon dari impor bahan seperti kakao dan emisi energi listrik pabrik, sekaligus memungkinkan penilaian potensi pengurangan dampak melalui modifikasi kemasan dan rantai pasok.
Pada tahap ekstraksi dan pertanian, dampak utama meliputi penggunaan lahan, deforestasi potensial (khususnya untuk kakao), konsumsi air dan penggunaan pupuk/pestisida yang menghasilkan nitrat/fitotoksik. Pengolahan bahan juga membutuhkan energi dan menghasilkan limbah organik serta limbah cair.
Transportasi meningkatkan jejak karbon melalui pembakaran bahan bakar fosil pada truk atau kapal; jika bahan diimpor jarak jauh dampaknya signifikan. Produksi pabrik memerlukan energi untuk pemrosesan, pemanggangan, pelapisan cokelat, dan pendinginan—menghasilkan emisi CO₂ dan limbah padat dari trim/cutting serta reject produk. Pengemasan multilayer sulit didaur ulang sehingga berkontribusi pada sampah plastik.
Distribusi dan ritel menambah konsumsi energi (gudang, cold storage) dan potensi kerusakan produk yang menjadi waste. Di tahap konsumsi, ada aspek transportasi konsumen dan limbah rumah tangga; sisa makanan juga merupakan sumber emisi metana jika berakhir di landfill. Pengelolaan limbah terutama kemasan menjadi isu besar: multilayer foil/film umumnya tidak diterima oleh fasilitas daur ulang formal sehingga sering berakhir di TPA atau dibakar.
Untuk mengurangi dampak, beberapa strategi desain ulang bisa diterapkan: (1) Penggantian kemasan ke material mono-material yang dapat didaur ulang atau bio-based compostable, (2) Optimasi formula dengan bahan lokal dan substitusi bahan berisiko tinggi (mis. sourcing kakao berkelanjutan—sertifikasi), (3) Efisiensi energi di pabrik (mesin hemat energi, pemulihan panas), (4) Sourcing lokal untuk bahan yang memungkinkan mengurangi transportasi, dan (5) Skema take-back / Extended Producer Responsibility (EPR) untuk mengumpulkan kemasan dan meningkatkan rasio daur ulang.
Implementasi kombinasi strategi ini tidak hanya menurunkan jejak lingkungan, tetapi juga dapat menjadi nilai jual keberlanjutan bagi konsumen—asal biaya dan rantai pasok dikelola agar perubahan tidak menimbulkan trade-off sosial-ekonomi yang merugikan petani atau pekerja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar