Kamis, 25 September 2025

Tugas Terstruktur 02

 Kelompok 4 


🔎 Tujuan Analisis
Menganalisis dampak lingkungan Jepang berdasarkan model IPAT: I = P × A × T dan mengevaluasi apakah Jepang menunjukkan pola keberlanjutan atau decoupling.

📊 Data IPAT – Jepang (2024)

Komponen

Nilai & Sumber

P (Population)

123 juta jiwa; tren pertumbuhan negatif (World Bank, 2024)

A (Affluence)

HDI: 0,925; GDP per kapita: USD 34.000 (UNDP & IMF, 2024)

T (Technology)

Emisi CO₂ per kapita: 7,6 ton; 26,7% energi dari sumber terbarukan (IEA, 2024)

I (Impact)

Estimasi I = 123 juta × 34.000 × 7,6 ≈ 3,18 × 10¹⁵ unit dampak (indikatif)

📌 Interpretasi

  • Jepang memiliki HDI tinggi dan GDP per kapita besar, namun konsumsi energi fosil masih signifikan.
  • Upaya peningkatan energi terbarukan (surya, angin, biomassa) menunjukkan tren positif dan sedikit menurunkan intensitas emisi.
  • Populasi menurun dapat mengurangi tekanan lingkungan, tetapi membawa tantangan sosial (tenaga kerja, ekonomi).
  • Pola ini menunjukkan transisi menuju decoupling: kesejahteraan relatif stabil sementara emisi mulai turun.

🌱 Rekomendasi

  • Percepat investasi energi terbarukan dan nuklir yang aman.
  • Insentif untuk industri rendah karbon dan transportasi listrik.
  • Pendidikan dan kesadaran publik tentang konsumsi berkelanjutan.
  • Kebijakan demografi untuk menjaga tenaga kerja produktif.

🎨 Infografis Visual (Deskripsi)

  • Diagram IPAT dengan ikon populasi, grafik GDP, dan panel surya.
  • Grafik tren emisi CO₂ Jepang dari 2000–2024 untuk menunjukkan arah perubahan.
  • Peta Asia dengan sorotan Jepang dan indikator keberlanjutan.
  • Tiga ikon pilar TBL (Triple Bottom Line): People, Planet, Profit.

📚 Referensi

  • World Bank. (2024). Population, Japan. Retrieved from https://data.worldbank.org/indicator/SP.POP.TOTL?locations=JP
  • International Monetary Fund & United Nations Development Programme. (2024). GDP per capita and Human Development Index, Japan. Retrieved from https://www.imf.org/ and https://hdr.undp.org/
  • Our World in Data. (2024). CO₂ emissions per capita: Japan. Retrieved from https://ourworldindata.org/co2-emissions
  • International Energy Agency. (2024). Renewable energy share in electricity generation: Japan. Retrieved from https://www.iea.org/countries/japan
  • Global Footprint Network. (2024). National Footprint and Biocapacity Accounts: Japan. Retrieved from https://data.footprintnetwork.org/
  • Graedel, T. E., & Allenby, B. R. (2010). Industrial ecology and sustainable engineering. Upper Saddle River, NJ: Pearson Education.

Tugas Mandiri 02

 Qhobid casio A12


“Sejauh mana gaya hidup saya mencerminkan prinsip keberlanjutan?”

1. Dalam kehidupan sehari-hari, saya berusaha menerapkan prinsip keberlanjutan meskipun belum sepenuhnya konsisten. Dari sisi konsumsi, saya sudah berupaya membeli barang sesuai kebutuhan, terutama untuk keperluan kuliah dan kebutuhan rumah tangga. Saya lebih sering memilih produk lokal, seperti sayur dan buah dari pasar tradisional, karena lebih segar, harganya terjangkau, dan mengurangi jejak karbon distribusi. Namun, saya masih kadang membeli makanan atau minuman kemasan sekali pakai sehingga menambah sampah plastik.

2. Dari aspek transportasi, saya sehari-hari menggunakan sepeda motor untuk bepergian ke kampus maupun aktivitas lainnya. Pilihan ini terasa lebih cepat dan praktis dibandingkan transportasi umum, tetapi saya menyadari penggunaan kendaraan bermotor menghasilkan emisi gas buang yang berdampak pada lingkungan. Meski begitu, saya berusaha mengurangi jarak tempuh yang tidak perlu dengan merencanakan perjalanan lebih efisien atau menumpang bersama teman ketika tujuan kami sama.

3. Pada aspek energi, saya tinggal di rumah bersama keluarga dan berusaha bijak dalam menggunakan listrik maupun air. Saya membiasakan diri mematikan lampu, kipas angin, dan peralatan elektronik saat tidak digunakan. Saya juga mencoba menghemat air, misalnya dengan mandi secukupnya dan menggunakan air bekas cucian sayur untuk menyiram tanaman. Walau begitu, saya masih kadang lupa mencabut charger setelah dipakai, yang sebenarnya termasuk pemborosan energi.

Ke depan, saya berencana mengurangi pembelian produk kemasan, membawa botol minum sendiri, serta lebih disiplin menggunakan listrik di rumah. Saya juga ingin mencoba bersepeda atau berjalan kaki untuk jarak dekat agar mengurangi penggunaan motor. Dengan langkah-langkah kecil ini, saya berharap gaya hidup saya semakin mendukung keberlanjutan lingkungan.

Kamis, 18 September 2025

JURNAL 12

 JURNAL 12 Trends and Opportunities in Sustainable Manufacturing: A Systematic Review of Key Dimensions from 2019 to 2024 — Sustainability, 2025. MDPI

5 POIN-POIN PENTING / RANGKUMAN

Rangkuman Mendalam dan Poin-Kunci

  1. Metodologi dan Ruang Lingkup Penelitian

    • Penulis melakukan systematic literature review atas 181 publikasi dari periode 2019 hingga 2024, dari jurnal-terkemuka (termasuk Q1 dan artikel dengan sitasi tinggi) yang membahas manufaktur berkelanjutan. 

    • Kata kunci yang digunakan meliputi: sustainable manufacturing, circular economy, Industry 4.0, green practices, digital twin, lean manufacturing, smart logistics, green supply chain. Analisis tematik digunakan untuk mengidentifikasi tren, gap penelitian, dan peluang ke depan. 

  2. Distribusi Dimensi Keberlanjutan yang Diteliti
    Penelitian memperlihatkan bahwa tidak semua dimensi keberlanjutan diteliti dengan intensitas yang sama. Berikut distribusinya:

    • Green Manufacturing menempati porsi terbesar (~38 %) dari keseluruhan studi. Fokus pada pengurangan limbah, konservasi sumber daya, energi terbarukan. 

    • Lean Manufacturing sekitar 26,7 %. Pendekatan untuk meminimalisasi waste (material, waktu, tenaga kerja), efisiensi operasional. 

    • Sustainable Supply Chain (~20-21 %) sebagai salah satu yang stabil terus dibahas. Transparansi, traceability, efisiensi dalam rantai pasok menjadi perhatian. 

    • Energy Efficiency relatif lebih kecil porsinya (~14,4 %) dibanding yang lain, tapi ada pertumbuhan kembali setelah tahun-tahunnya terdampak pandemi. 

  3. Tren dan Perubahan dari Tahun ke Tahun (2019-2024)

    • 2019: tahun dengan jumlah publikasi cukup tinggi yang membahas konsep dasar seperti green manufacturing, lean, supply chain berkelanjutan. 

    • 2020-2021: terjadi penurunan atau stagnasi publikasi karena faktor eksternal (termasuk pandemi COVID-19). Fokus lebih ke adaptasi dan mitigasi gangguan rantai pasok, digitalisasi secepatnya. 

    • 2022-2024: pertumbuhan kembali publikasi dengan topik yang makin “maju”: integrasi teknologi seperti AI, digital twins, blockchain; juga penekanan pada circular economy, pengembangan material berkelanjutan, supply chain yang lebih hijau. 

  4. Teknologi sebagai Pendorong Utama Keberlanjutan
    Beberapa teknologi yang sering muncul sebagai alat atau solusi dalam studi-studi tersebut:

    • AI dan Machine Learning: digunakan untuk optimasi proses produksi, prediksi kegagalan, pengurangan limbah & konsumsi energi. 

    • Digital Twin: simulasi dan virtualisasi sistem pabrik / produksi, memungkinkan pengujian berbagai skenario tanpa harus mengganggu produksi nyata, membantu optimasi resource. 

    • Blockchain: terutama untuk transparansi dan pelacakan dalam supply chain, memastikan sumber bahan, penggunaan material, dan akhirnya limbah dapat dilacak dan dikelola dengan baik. IoT & Smart Sensors: pemantauan real-time terhadap penggunaan energi, kondisi mesin, kualitas output, limbah; mendukung maintenance prediktif dan pemanfaatan sumber daya yang lebih efisien. 

  5. Dampak Global seperti Pandemi dan Respons di Sektor Manufaktur

    • Pandemi COVID-19 menjadi katalis yang mempercepat adopsi teknologi digital dan mengubah prioritas keberlanjutan: fokus ke ketahanan rantai pasok, fleksibilitas operasional, dan mitigasi risiko. 

    • Banyak penelitian menyebutkan bahwa gangguan selama pandemi membuat perusahaan dan industri melihat ulang strategi keberlanjutan dan mempercepat investasi dalam otomasi dan teknologi cerdas. 

  6. Gap / Kekurangan yang Teridentifikasi
    Beberapa aspek yang masih kurang mendapat perhatian atau butuh penelitian lebih lanjut:

    • Dimensi Sosial: kesejahteraan pekerja, pengaruh otomatisasi terhadap pekerjaan, pelatihan dan ketrampilan baru, dampak terhadap komunitas lokal. 

    • Regulasi dan Kebijakan: bagaimana regulasi dapat mengejar perkembangan cepat teknologi; insentif untuk SMEs; regulasi lintas negara; adaptasi kebijakan terhadap teknologi baru. 

    • Infrastruktur dan Kapasitas di Negara Berkembang: termasuk akses ke teknologi, kesiapan tenaga kerja, ketersediaan finansial, dan keterbatasan digital (internet, jaringan, sensor) untuk mengimplementasi solusi berteknologi tinggi. 

    • Biaya Implementasi & Integrasi Sistem: terutamanya beban awal, integrasi terhadap sistem lama (legacy system), risiko kegagalan/penolakan internal. 

  7. Kasus Nyata dan Contoh Implementasi yang Berhasil
    Penulis menyertakan beberapa studi kasus yang memberikan gambaran konkret:

    • Contoh perusahaan besar seperti Siemens, Unilever dengan penerapan blockchain, sistem pengelolaan limbah berbasis AI, dan digitalisasi rantai energi ‒ menunjukkan pengurangan limbah/material/emisi. 

    • Contoh di Indonesia: PT Indocement melakukan optimasi yang mengurangi konsumsi gas alam dan meningkatkan adopsi manufaktur digital di kalangan UKM. 

  8. Peluang Penelitian dan Arah Ke Depan
    Beberapa rekomendasi yang muncul dari jurnal:

    • Pengembangan indikator keberlanjutan sosial yang lebih jelas dan dapat diukur.

    • Studi longitudinal (jangka panjang) terhadap dampak sosial & ekonomi dari transisi ke manufaktur berkelanjutan.

    • Penelitian lebih lanjut tentang regulasi responsif terhadap teknologi seperti AI, blockchain, digital twin; bagaimana kebijakan bisa mendukung adopsi teknologi tersebut di berbagai konteks regional.

    • Fokus pada UKM dan negara berkembang agar tidak tertinggal dan bisa ikut dalam revolusi manufaktur berkelanjutan.

    • Integrasi antara aspek teknologi, lingkungan, sosial, dan kebijakan agar keberlanjutan tidak hanya menjadi jargon tetapi terwujud dalam praktik nyata di industri.

  9. Kontribusi Teoritis dan Praktis

    • Teoritis: memperluas konsep Triple Bottom Line (lingkungan, sosial, ekonomi) dalam konteks era digital; menyediakan kerangka yang lebih inklusif dan terkini. 

    • Praktis: rekomendasi untuk industri (termasuk SMEs) agar lebih cepat mengadopsi teknologi, bagi pemerintah agar membuat kebijakan yang adaptif, penyediaan pelatihan, insentif keuangan, dan standar regulasi.



Tugas Mandiri 01

 

Pengamatan Sistem Industri, Teknologi, dan Dampaknya terhadap Lingkungan di Bengkel Motor CASIO

Sebagai bagian dari refleksi awal dalam mata kuliah ini, saya diminta untuk melakukan pengamatan mandiri terhadap satu contoh nyata sistem industri di sekitar saya. Pilihan saya jatuh pada Bengkel Motor CASIO, sebuah bengkel yang melayani servis dan perbaikan sepeda motor di sekitar tempat tinggal saya. Dari luar, bengkel ini terlihat sederhana namun cukup ramai, dengan berbagai peralatan dan mesin servis yang tertata rapi. Meskipun skalanya tidak sebesar pabrik, terdapat berbagai elemen teknologi dan dampak lingkungan yang dapat diamati secara nyata.

Elemen Teknologi yang Terlibat

Dalam operasionalnya, Bengkel Motor CASIO menggunakan berbagai peralatan modern, seperti mesin pendeteksi kerusakan injeksi (scanner), alat pengukur tekanan ban digital, kompresor udara, dan sistem komputerisasi sederhana untuk pencatatan transaksi dan stok suku cadang. Teknologi informasi juga dimanfaatkan untuk mengatur jadwal servis dan komunikasi pelanggan melalui aplikasi pesan instan. Dari sisi teknis, pemanfaatan teknologi ini memberikan keuntungan besar dalam hal kecepatan servis, akurasi pemeriksaan kerusakan, serta efisiensi manajemen persediaan suku cadang.

Dampak Lingkungan yang Terlihat

Namun, dari sisi lingkungan, saya melihat adanya potensi dampak negatif yang muncul. Bengkel ini menghasilkan limbah oli bekas, sisa cairan pendingin, dan kemasan suku cadang yang sebagian besar berbahan plastik. Jika tidak dikelola dengan baik, limbah-limbah ini berpotensi mencemari tanah dan saluran air di sekitar bengkel. Selain itu, aktivitas bengkel yang menggunakan kompresor dan mesin listrik menyebabkan konsumsi energi yang relatif tinggi. Asap buangan dari motor yang diuji coba setelah servis juga menambah emisi karbon ke udara sekitar bengkel.

Hubungan Manusia, Teknologi, dan Alam (Sebelum Perkuliahan Pertama)

Sebelum mengikuti perkuliahan pertama, saya memandang hubungan manusia, teknologi, dan alam di bengkel ini secara sederhana. Teknologi dianggap sebagai alat bantu manusia untuk memperbaiki kendaraan agar dapat digunakan kembali. Fokus saya hanya pada keuntungan praktis: mesin bengkel mempercepat pekerjaan mekanik, suku cadang baru memperpanjang umur kendaraan, dan limbah dianggap sebagai konsekuensi yang “wajar” dari kegiatan servis. Dengan kata lain, saya memandang hubungan ini sebagai sesuatu yang linear—teknologi membantu manusia, sedangkan alam sekadar penyedia sumber daya dan tempat pembuangan limbah.

Hubungan Manusia, Teknologi, dan Alam (Sesudah Perkuliahan Pertama)

Setelah mendapatkan pemahaman awal dari perkuliahan pertama, perspektif saya berubah. Saya mulai melihat bahwa teknologi bukan sekadar alat, melainkan bagian dari sistem yang membentuk interaksi antara manusia dan alam. Dalam konteks Bengkel Motor CASIO, teknologi servis seharusnya tidak hanya meningkatkan kecepatan dan efisiensi kerja mekanik, tetapi juga diarahkan untuk mengurangi dampak negatif pada lingkungan. Misalnya, pengelolaan limbah oli secara lebih bertanggung jawab, penggunaan kemasan ramah lingkungan untuk suku cadang, atau penerapan energi alternatif seperti panel surya untuk sebagian kebutuhan listrik bengkel.

Dengan refleksi ini, saya memahami bahwa hubungan manusia, teknologi, dan alam bukanlah hubungan linear, melainkan sirkular. Manusia menciptakan teknologi untuk memanfaatkan alam, namun kondisi alam pada akhirnya menentukan keberlangsungan teknologi dan kehidupan manusia itu sendiri. Jika bengkel hanya berorientasi pada keuntungan jangka pendek tanpa memperhatikan lingkungan, maka pencemaran dan kerusakan alam akan berimbas pada kesehatan masyarakat serta keberlanjutan usaha itu sendiri.

Penutup

Pengamatan sederhana terhadap Bengkel Motor CASIO memberikan saya kesadaran bahwa keberlanjutan dalam sistem industri, meski pada skala kecil, tetap penting diperhatikan. Servis kendaraan yang efisien memang penting, tetapi pengelolaan limbah dan pemanfaatan energi yang lebih ramah lingkungan juga harus menjadi bagian dari tanggung jawab pelaku usaha. Perkuliahan pertama membuka mata saya bahwa teknologi dalam skala apa pun, termasuk di bengkel, harus diarahkan pada keseimbangan ekologis. Sebagai calon insinyur atau praktisi, tugas saya nantinya adalah mencari solusi yang mampu menghubungkan kebutuhan manusia dengan keberlanjutan alam melalui inovasi teknologi yang bertanggung jawab.

Tugas Terstruktur 01

 




Qhobid Casio A12

41624010012

Abstrak

Industri memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi. Namun, aktivitas industri mulai dari pemilihan bahan baku, proses produksi hingga pengelolaan limbah memiliki konsekuensi besar terhadap lingkungan, sosial, dan etika profesi. Tulisan ini bertujuan merefleksikan tanggung jawab insinyur industri dalam keseluruhan siklus produksi tersebut. Dengan mengacu pada Modul 1 serta beberapa sumber ilmiah lainnya, pembahasan mencakup persoalan eksploitasi sumber daya, efisiensi proses, perancangan ramah lingkungan, pengelolaan limbah, serta aspek regulasi. Hasil pembahasan menunjukkan bahwa insinyur industri mempunyai tanggung jawab moral dan profesional untuk menerapkan prinsip keberlanjutan, efisiensi, dan keadilan dalam pemanfaatan bahan baku, meminimalkan limbah, memilih teknologi bersih, serta memastikan sistem produksi yang mempertimbangkan seluruh dampak siklus hidup produk.

Kata Kunci: insinyur industri, keberlanjutan, bahan baku, limbah, etika profesi.

Pendahuluan

Seorang insinyur industri tidak hanya mengoptimalkan sistem produksi agar efisien dan berkualitas, tetapi juga bertanggung jawab terhadap dampak sosial dan lingkungan. Modul 1 pengantar profesi insinyur industri menekankan bahwa profesi ini harus menjunjung nilai-nilai efisiensi, keselamatan kerja, dan kelestarian lingkungan. Kegiatan industri secara umum mengikuti alur bahan baku – produksi – distribusi – penggunaan – pembuangan limbah. Pada tiap tahap, insinyur industri dihadapkan pada potensi dampak lingkungan dan sosial yang memerlukan solusi teknis sekaligus etis.

Permasalahan

  1. Eksploitasi sumber daya alam.
    Pengambilan bahan baku secara masif sering menimbulkan kerusakan lingkungan dan hilangnya keanekaragaman hayati.

  2. Proses produksi yang tidak efisien.
    Masih banyak pemborosan energi, material, waktu, dan tenaga kerja yang berujung pada limbah berlebih.

  3. Desain produk yang mengabaikan akhir siklus hidup.
    Produk sulit didaur ulang atau diperbaiki sehingga meningkatkan volume limbah.

  4. Penanganan limbah yang tidak memadai.
    Limbah padat, cair, dan gas berbahaya sering tidak diolah sesuai standar.

  5. Aspek regulasi, sosial, dan etika.
    Insinyur industri wajib memastikan proses produksi sesuai aturan, menjaga kesehatan masyarakat, dan memperhatikan keadilan sosial.


Pembahasan

1. Tahap Bahan Baku

Insinyur industri perlu memilih bahan baku secara bertanggung jawab. Sumber bahan baku sebaiknya terbarukan atau memiliki dampak minimal. Penerapan Life Cycle Assessment (LCA) membantu mengevaluasi dampak dari bahan baku hingga akhir hidup produk sehingga pilihan material lebih tepat.

2. Proses Produksi dan Desain

Penerapan Lean Manufacturing, Six Sigma, dan perbaikan berkelanjutan mengurangi pemborosan material, waktu, dan tenaga kerja. Eco-design atau desain ramah lingkungan mempermudah daur ulang, perbaikan, dan penggunaan kembali komponen. Penggunaan teknologi bersih, otomatisasi, dan pengendalian proses membantu mengurangi limbah dan konsumsi energi.

3. Distribusi, Penggunaan, dan Akhir Siklus Hidup

Optimalisasi logistik dan rantai pasok hijau meminimalkan emisi transportasi dan memanfaatkan kemasan yang mudah didaur ulang. Insinyur industri dapat mendorong program edukasi pengguna agar umur produk lebih panjang. Pada akhir siklus hidup, program daur ulang, perbaikan, atau remanufaktur menjadi strategi penting, disertai fasilitas pengolahan limbah yang memadai.

4. Dimensi Etika dan Profesional

Tanggung jawab insinyur industri mencakup aspek teknis, ekonomis, sosial, dan lingkungan. Prinsip etika profesi mengharuskan perlindungan keselamatan publik dan keberlanjutan lingkungan. Keterbukaan dan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) merupakan bagian penting reputasi industri.


Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan:
Insinyur industri memiliki tanggung jawab luas mulai dari pemilihan bahan baku, perancangan proses produksi, hingga pengelolaan limbah. Efisiensi, keberlanjutan, dan etika bukan tambahan opsional tetapi inti profesionalisme insinyur industri. Penerapan LCA, lean manufacturing, eco-design, circular economy, serta teknologi bersih membantu menyeimbangkan kebutuhan ekonomi dengan perlindungan lingkungan.

Saran:

  1. Integrasikan materi keberlanjutan dan etika lingkungan ke dalam kurikulum teknik industri.

  2. Terapkan LCA sebagai standar dalam perancangan produk dan proses.

  3. Kembangkan kebijakan yang mendukung ekonomi sirkular, daur ulang, dan pengolahan limbah.

  4. Perkuat sistem manajemen limbah di industri dengan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle).

  5. Libatkan pemangku kepentingan dan masyarakat untuk memastikan dampak sosial dan lingkungan diperhitungkan.

Daftar Pustaka

  • Modul 1: [Isi sesuai judul Modul 1 di kampus Anda].

  • Whulanza, Y., Kusrini, E., Yuwono, A. H., Harjanto, S., & Sofyan, N. (2025). Rethinking Resources: The Critical Role of Recycling in the Mining Industry. International Journal of Technology, 16(1), 1-7.

  • Alsaadi, N., & Franchetti, M. The Integrated Life Cycle Assessment and Optimization Approach for Automotive De-manufacturing Systems. Environmental Management and Sustainable Development.

  • Hassan Rahmatillah & Rusindiyanto. Analysis Of Defect Waste Reduction In Metal Forming Process Using Lean Six Sigma. ITEJ.

  • “From waste plastics to industrial raw materials: A life cycle assessment of mechanical plastic recycling practice based on a real-world case study.” Science of The Total Environment.


Tugas Mandiri 12

  LAPORAN OBSERVASI KONSUMSI TIDAK BERKELANJUTAN Lokasi Pengamatan Kantin Kampus Waktu Pengamatan Pukul 11.30–12.30 WIB  Durasi ± 60 m...